PBAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Percobaan
Menentukan type aliran laminer, transisi
dan turbulen pada sistem dari aliran fluida (air), dengan mengamati dan
mengukur Nre.
1.2
Teori
Dasar
Dalam
mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang
berbeda, misalnya laminar dan turbulen. Namanya diambil dari Osborne Reynolds
(1842–1912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.
Bilangan
Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang paling penting dalam
mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi
lain, untuk memberikan kriteria untuk menentukan dynamic
similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin
pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai
bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut memiliki kemiripan
dinamis.
Misalnya
pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter pipa, jika
penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk penampang tak bulat.
Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya inersia, gravitasi, dan kekentalan (viskositas) dikenal sebagai bilangan reynold (NRe).
Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya inersia, gravitasi, dan kekentalan (viskositas) dikenal sebagai bilangan reynold (NRe).
Aliran
fluida dalam pipa, berdasarkan besarnya bilangan
reynold dibedakan menjadi aliran laminar, aliran transisi, dan aliran turbulen.
Dalam hal ini jika nilai NRe kecil aliran akan meluncur diatas lapisan lain yang dikenal dengan aliran laminar
sedangkan jika aliran-aliran tadi terdapat garis edar tertentu yang dapat
dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen.
Pada
pipa:
Aliran
laminar terjadi jika NRe <2100
Untuk
kondisi 2100 < NRe >4000 Disebut turbulen
Untuk
kondisi 2100 < NRe < 4000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran
transisi. Dimana NRe = V R / v Guna menentukan makna kelompok tanpa dimensi.
Reynold melakukan eksperimennya mengenai aliran air melalui lubang kaca. Sebuah
tabung kaca dipasang horizontal dengan satu ujungnya didalam tangki dan sebuah
katup pada ujung lainnya. Pada ujung hulu terpasang lubang masuk corong lonceng
yang licin, dengan jet warna yang diatur demikian sehingga arus zat waktu yang
halus dapat disemprotkan di titik setiap didepan corong lonceng tersebut.
Sebagai kecepatan karakteristik Reynold memakai kecepatan rata-rata V dan
sebagai panjang karakteristik dipakainya garis tengah tabung (D) sehingga NRe =
V D r /m Untuk debit yang kecil arus zat warna bergerak melalui tabung
membentuk lamina-lamina (benang-benang) yang menujukkan bahwa aliran tersebut
merupakan aliran laminar. Dengan meningkatnya laju aliran tersebut maka
bilangan reynold akan bertambah besar, karena parameter V berbanding lurus
dengan laju aliran, sedangkan parameter D ,r ,m adalah konstan. Zat warna paada
kondisi tersebut akan bercampur dengan air. Aliran telah berubah menjadi aliran
turbulen dengan pertukaran momentumnya yang besar yang telah sepenuhnya
menggangu gerakan teratur aliran laminar.
Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak
berdimensi. Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran
laminier dan turbulen di satu pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan
sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung dalam air.
Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam satu tabung/pipa atau dalam
satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk aliran yang satu menjadi
aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya tidaklah terjadi
secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu, yakni suatu waktu yang relatif pendek
dengan diketahuinya kecepatan kristis dari suatu aliran. Kecepatan kritis ini
pada umumnya akan dipengaruhi oleh usayaran pipa, jenis zat cair yang lewat
dalam pipa tersebut.
Terdapat empat besaran yang menentukan apakah aliran
tersebut digolongkan aliran laminier ataukah aliran turbulen. Keempat besaran
tersebut adalah besaran massa jenis air, kecepatan aliran, kekentalan, dan
diameter pipa. Kombinasi dari keempatnya akan menentukan besarnya bilangan
Reynold. Oleh sebab itu, bilangan Reynold dapat dituliskan dalam keempat
besaran tersebut sebagai bersyarat.
NRe = (ρ
v D)/ μ
Keterangan:
NRe : biLangan Reynold
ρ :
massa jenis
μ : Viscositas/Kekentalan
v : Kecepatan Aliran
D : Diameter Pipa
Hasil perhitungan
berdasarkan eksperimen didapatkan ketentuan bahwa untuk bilangan Reynold bersyarat ini:
0<2100, aliran
disebut laminier
2100 >NRe > 4000,
aliran disebut transisi antara laminier dan aliran turbulen
NRe >
4000, aliran turbulen
Viskositas
Viskositas fluida
merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi
atau perubahan bentuk.
Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum
molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan
seiring bertambahnya
kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya – gaya kohesi pada
zat cair bila
dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya
temperatur pada zat
cair yang menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.
Rapat jenis (density )
Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi
zat tersebut dan
dinyatakan dalam massa
persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara menghitung
nisbah ( ratio )
massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume
bagian tersebut.
Nilai
density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka
kerapatan suatu fluida
semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul –
molekul fluida semakin
berkurang.
Debit Aliran
Debit aliran
dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran
pada masing masing pipa experimen diaman rumus debit aliran
Q = ∀/t
Dimana : Q = Adalah debit aliran ( m3/s )
V = Adalah
kecepatan aliran ( m/s )
A
= Adalah luas penampang ( m2 )
∀ = Adalah volume fluida ( m3 )
BAB II
PERCOBAAN
2.1 Variable Percobaan
v Bukaan
valve sistem: 360o (1 putaran) dan 720o (2 putaran)
v Bukaan
valve utama:
v DARI
kondisi tertutup sampai terbuka penuh):
§
10o, 20o, 30o, 40o,
50o, 60o, 70o, 80o, dan 90o
v Bukaan
valve utama ( dari kondisi terbuka tertutup ):
90o dan
serata, 80o, 70o, 60o, 50o, 40o,
30o, 20o dan 10o
2.2 Alat Dan Bahan
a. Alat
yang digunakan
-
Instrumentasi penetuan
bilangan Reynold
-
Gelas ukur
-
Temometer air raksa
-
Penggaris busur
b. Bahan
yang digunakan
-
Air
-
zat pewarna makanan.
3.3 Prosedur Percobaan
1. Isi
penuh tangki penyuplai dengan air.
2. Nyalakan
pompa untuk mengisi bak (tangki pengkonstan) dan biarkan hingga air overflow.
3.
5
|
4. Keluarkan
udara yang terjebak dengan cara membuka dan menutup valve utama serta valve
buangan udara secara bergantian.
5. Tutup
valver utama, tutup valve buangan udara dan tetap buka valve suplai air (pompa
tetap dinyalakan) karena overflow harus tetap terjadi, tetapi sekecil mungkin.
6. Buka
perlahan-lahan valve utama serta buka perlahan-lahan pula valve untuk zat warna
( sebelumnya checking zat warna harus penuh).
7. Pergunakan
aliran zat warna yang sesui dan mudah diamati.
8. Tentukan
bukaan valve utama pada posisi tertentu, lalu amati aliran dari zat warna serta
ukuran aliran pada akhir sistem dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch,
pengukuran minimal lakukan 2 kali.
Percobaan
di ulang 4 sampai 7 kali dengan bukaan valve besar, lalu bukaan valve
akhir dari sistem mulai ditutup sedikit demi sedikit dan dilakukan juga pengukuran serta pengamatan terhadap
aliran zat warna yang terjadi sampai valve tertutup penuh.
Diisi
penuh tangki disuplai dengan air.
|
Dinyalakan
pompa untuk mengisi bak (tangki pengkonstan) dan biarkan hingga air
overflow.
|
Dikeluarkan
udara yang terjebak dengan cara membuka dan menutup valve utama serta valve
buangan udara secara bergantian.
|
Ditentukan
bukaan valve utama pada posisi tertentu, lalu amati aliran dari zat warna
serta ukuran aliran pada akhir sistem dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch,
pengukuran minimal lakukan 2 kali.
|
Ditutup
valver utama, tutup valve buangan udara dan tetap buka valve suplai air
(pompa tetap dinyalakan) karena overflow harus tetap terjadi, tetapi
sekecil mungkin
|
Pergunakan
aliran zat warna yang sesui dan mudah diamati
|
Dibuka
perlahan-lahan valve utama serta buka perlahan-lahan pula valve untuk zat
warna ( sebelumnya checking zat warna harus penuh).
|
Dibuka
valve dari tangki pengkonstan ke sistem dengan bukaan penuh dan periksa
kebocoran-kebocoran (kalau ada laporan pada asisten)
|
3
|
6
|
8
|
1
|
4
|
7
|
4
|
5
|
6
|
2
|
5
|
Gambar
2.5 : Peralatan Percobaan NRe Bilangan Reynold
Keterangan Nama Alat:
1.
Tandon Air Atas
2.
Pipa ½ (Pengontrol Luberan
Dari Tandon Atas)
3.
Pipa ½ (Untuk Menaikkan
Air)
4.
Tandon Air Bawah
5.
Pigmen
6.
Valve Bukaan 90
7.
Motor Listrik
8.
Pipa Kaca
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengamatan
3.1.1 Bukaan valve dari keadaan tertutup penuh ke terbuka
Tabel 1. Data pengamatan
bukaan (%)
|
Volume
|
t (waktu)
|
Aliran
|
||
|
V1
|
V2
|
t1
|
t2
|
|
5
|
38,5
|
41
|
2,02
|
2
|
laminer
|
10
|
63,5
|
70,75
|
2,04
|
2,12
|
laminer
|
15
|
140
|
140
|
2
|
2
|
Laminer
|
20
|
297,5
|
266,25
|
2,1
|
2,03
|
Laminer
|
25
|
385
|
385
|
1,96
|
2,02
|
Transisi
|
30
|
487,5
|
481,25
|
2,01
|
2,06
|
Transisi
|
35
|
570
|
550
|
1,94
|
1,99
|
Transisi
|
40
|
607,5
|
630
|
1,99
|
2,11
|
Turbulen
|
45
|
640
|
620
|
2,11
|
2,02
|
Turbulen
|
50
|
672,5
|
677,5
|
1,92
|
2
|
Turbulen
|
55
|
680
|
720
|
1,84
|
2,05
|
Turbulen
|
60
|
742,5
|
697,5
|
2,09
|
2,13
|
Turbulen
|
65
|
760
|
755
|
2,35
|
2,01
|
Turbulen
|
70
|
773,75
|
790
|
2,05
|
2,03
|
Turbulen
|
75
|
780
|
790
|
2,02
|
1,96
|
Turbulen
|
80
|
820
|
827,5
|
2,01
|
2,04
|
Turbulen
|
85
|
825
|
845
|
1,95
|
2,01
|
Turbulen
|
90
|
852,5
|
855
|
1,97
|
2
|
Turbulen
|
95
|
880
|
880
|
1,96
|
2,01
|
Turbulen
|
100
|
900
|
890
|
2,02
|
1,99
|
Turbulen
|
9
|
3.1.2 Bukaan Valve dari Keadaan
Terbuka Penuh ke Tertutup
Tabel. 2 Data pengamatan
Bukaan (%)
|
Volume
|
t (waktu)
|
Aliran
|
||
V1
|
V2
|
t1
|
t2
|
||
100
|
900,00
|
890,00
|
2,02
|
1,99
|
Turbulen
|
95
|
857,50
|
862,00
|
1,98
|
2,00
|
Turbulen
|
90
|
830,00
|
850,00
|
1,97
|
2,02
|
Turbulen
|
85
|
817,50
|
825,00
|
1,91
|
1,97
|
Turbulen
|
80
|
790,00
|
787,50
|
1,99
|
2,00
|
Turbulen
|
75
|
776,25
|
771,25
|
1,98
|
1,99
|
Turbulen
|
70
|
765,00
|
760,00
|
2,00
|
1,93
|
Turbulen
|
65
|
747,50
|
728,75
|
2,01
|
2,03
|
Turbulen
|
60
|
710,00
|
685,00
|
2,08
|
2,11
|
Turbulen
|
55
|
672,50
|
633,00
|
2,01
|
2,01
|
Turbulen
|
50
|
600,00
|
600,00
|
1,99
|
2,00
|
Turbulen
|
45
|
57750,00
|
588,25
|
1,98
|
1,99
|
Transisi
|
40
|
510,00
|
515,00
|
1,99
|
1,99
|
Transisi
|
35
|
420,00
|
451,25
|
2,00
|
1,98
|
Transisi
|
30
|
295,00
|
295,00
|
2,00
|
2,01
|
Laminer
|
25
|
241,25
|
243,75
|
2,04
|
2,00
|
Laminer
|
20
|
165,00
|
162,50
|
2,18
|
2,01
|
Laminer
|
15
|
115,00
|
10,75
|
2,01
|
2,00
|
Laminer
|
10
|
68,00
|
65,00
|
2,03
|
2,02
|
Laminer
|
5
|
36,00
|
37,00
|
1,98
|
2,00
|
Laminer
|
3.2 Hasil dan Pembahasan
3.2.1 Bukaan valve dari
keadaan tertutup penuh ke terbuka
Ket:
X= bukaan (%), Y= Nre
Grafik 3.1 Hubungan
antara bukaan dengan NRe pada Bukaan valve dari keadaan tertutup
penuh ke terbuka
Dari grafik 3.1
hubungan antara bukaan dengan NRe pada bukaan valve dari keadaan tertutup penuh
ke terbuka menunjukkan hasil perhitungan
diatas dapat diketahui bahwa pada bukaan valve utama dari kondisi tertutup
sampai terbuka penuh pada bukaan 15% adalah bentuk aliran transisi karena NRe-nya di antara 2100 - 4000, yaitu
2870. Sedangkan pada bukaan 20% sampai
35% adalah bentuk alirannya turbulen
karena NRe nya > 4000, dari hasil grafik dapat diketahui bahwa NRenya
semakin tinggi karena NRe tersebut dipengaruhi oleh massa jenis, viskositas,
kecepatan aliran, dan diameter pipa.
NRe = ρ. v .D/µ
Dari hasil perhitungan
pada kondisi valve tertutup keterbuka penuh pada bukaan 15% adalah transisi,
bukaan 20% adalah turbulen, bukaan 25% sampai dengan 35% adalah turbulen,
sedangkan pada hasil pengamatan percobaan untuk bukaan 15% sampai dengan 20%
adalah laminer dan bukaan 25% sampai dengan 35% adalah transisi. Hal ini
terjadi perbedaan dikarenakan oleh :
1.
Density
Density
atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan
dinyatakan dalam massa persatuan volume;
sifat ini ditentukan dengan cara menghitung
nisbah ( ratio ) massa zat yang
terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume
bagian tersebut
2.
Viskositas
karena kekentalan
Viskositas fluida
merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan
bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju perpindahan
momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring
bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya – gaya kohesi pada zat
cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur
pada zat cair yang menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.
3.
Viskositas
Viskositas mempengaruhi nilai NRe karena viskositas
merupakan tingkat kekentalan suatu fluida (zat cair), di mana viskositas ini
akan sangat berpengaruh terhadap massa jenis suatu fluida. Jika tingkat
kekentalan (viskositas) fluida tinggi, maka massa jenisnya juga semakin tinggi,
demikian juga sebaliknya.
4.
Diameter
Pipa
Demikian juga dengan
diameter pipa, jika diameter pipa kecil dengan tingkat viskositas dan massa
jenis yang besar maka kecepatan alirannya juga kecil, jadi massa jenis,
kecepatan, viskositas dan diameter pipa sangat berpengaruh terhadap besarnya
niai NRe karena besaran-besaran tersebut sangat berhungan satu dengan yang lain
dan saling mempengaruhi, hal ini berdasarkan rumus:
NRe = ρ.v.d/µ
untuk
hubungan antara bukaan valve dan NRe yaitu nilai NRe semakin besar bukaan
valvenya maka semakin besar pula nilai
Nrenya maka kecenderungan transisi
aliran suatu fluida dari laminer menjadi turbulen juga semakin besar.
5.
Kecepatan
Aliran
Kecepatan
aliran sangat berpengaruh dalam debit aliran. Semakin cepat aliran mengalir,
maka semakin besar debit aliran yang dihasilkan. Semakin lambat aliran
mengalir, maka semakin sedikit debit aliran yang dihasilkan.
3.2.2 Bukaan valve dari keadaan terbuka penuh ke tertutup
.
Ket:
X= bukaan (%), Y= Nre
Grafik
3.2 Hubungan antara bukaan dengan NRe pada
Bukaan valve dari keadaan terbuka penuh ke tertutup
Pada grafik 3.2 dengan bukaan NRe pada bukaan valve dari keadaan
terbukapenuh ke tertutup menunjukkkan bahwa
keadaan 45% sampai dengan 35% disebut turbulen
karena NRenya diatas 4.000 sedangkan pada bukaan 30% dan 25% disebut transisi
karena NRenya diantara 2.100 sampai 4.000. Di lihat pada hasil grafik pada
bukaan valve dari keadaan terbuka penuh ke tertutup karena NRe tersebut
dipengaruhi oleh massa jenis, viskositas, kecepatan aliran, dan diameter pipa.
NRe = ρ.v.d/µ
Dari hasil perhitungan
pada kondisi valve tertutup keterbuka penuh pada bukaan 15% adalah transisi,
bukaan 20% adalah turbulen, bukaan 25% sampai dengan 35% adalah turbulen,
sedangkan pada hasil pengamatan percobaan untuk bukaan 15% sampai dengan 20%
adalah laminer dan bukaan 25% sampai dengan 35% adalah transisi.
Perbedaaan
antara hasil pengamatan dan hasil perhitungan dikarenakan antara lain:
1. Viskositas
dari zat warna, jika zat perwarna terlalu besar
viskositasnya maka zat tersebut akan sulit keluar melalui pipa saluran
zat perwarna, jika zat pewarna terlalu kecil viskositasnya maka aliran yang
keluar akan semakin kecil pula, hal ini dipengaruhi juga oleh adanya tekanan
yang diberikan pada saat zat tersebut keluar.
Jika viskositasnya
terlalu besar, maka tekananya juga semakin besar, dimana akibatnya aliran yang
terjadi kecil, sehingga tidak terbentuk aliran fluida maka kerapatanya kecil,
dan molekul yang terjadi besar aliranya juga sulit keluar, jika viskositasnya
terlalu kecil, maka tekananya juga akan kecil, karena kerapatanya besar,
sehingga molekul yang terjadi sangat kecil dan aliran tidak terbentuk atau
terlalu bias (menyebar kesegala arah).
2. Dimeter
pipa akan mempengaruhi kecepatan aliran, sehingga bentuk aliran sulit dilewati
bentuknya karena berhubungan dengan tekanan yang ditimbulkan dari atas tangki
penampung air, jadi ketinggian tangki penampung air juga mempengaruhi kecepatan
aliran yang akan terbentuk fluida.
3. Panjang
pipa kaca akan mempengaruhi terbentuknya
aliran, yang berhubungan juga dengan tekanan yang
ditimbulkan dari atas tangki penampung air.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Setelah melakukan
percobaan, serta perhitungan biangan Reynolds maka dapat kami simpulankan
sebagai berikut:
Bukaan valve dari
keadaan tertutup ke terbuka penuh
NRe untuk aliran
Laminer rata-ratanya yaitu : 810,840,965 (NRe < 2100 )
NRe
untuk aliran Transisi rata-ratanya yaitu :
2,096,813 ( 2100 < NRe < 4000 )
NRe untuk aliran
Turbulen rata-ratanya yaitu : 118,555,7 ( NRe > 4000 )
Bukaan valve
dari keadaan terbuka ke tertutup
NRe untuk aliran
Laminer rata-ratanya yaitu : 2,072,67 (NRe < 2100 )
NRe untuk aliran
Transisi rata-ratanya yaitu : 3,443,372 ( 2100
< NRe < 4000 )
NRe untuk aliran
Turbulen rata-ratanya yaitu : 64,302,57 ( NRe > 4000 )
Sedangkan
untuk hubungan antara bukaan valve dan NRe yaitu nilai NRe semakin besar bukaan
valvenya maka semakin besar pula nilai Nrenya
maka kecenderungan transisi aliran suatu
fluida dari laminer menjadi turbulen juga semakin besar.
4.2 Saran
Sebaiknya alat yang digunkan
untuk praktikum ini hendaknya dilakukan pengecekan terhadap alatnya terutama ketinggian harus disesuaikan dengan panjang
dari pipa kaca sehingga perhitungan Nrenya sesuai dengan data.
15
|
|
Daftar Pustaka
Halliday, D
& Resnick, R. 1990. Fisikajilid1. Erlangga. Jakarta.
Suharto. 1991. Dinamika dan Mekanika untuk Perguruan Tinggi. Rineka Cipta. Jakarta.
Streeter, VL & Wylie, EB. 1985. Mekanika Fluida jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Suharto. 1991. Dinamika dan Mekanika untuk Perguruan Tinggi. Rineka Cipta. Jakarta.
Streeter, VL & Wylie, EB. 1985. Mekanika Fluida jilid 1. Erlangga. Jakarta.
http://amaliandini.wordpress.com/2011/03/02/bilangan-reynolds
APPENDIKS
1. Data
Pengamatan
Ø Suhu
Air = 31
Ø Suhu
Udara = 30
Ø Tekanan
Udara = 760mmHg
Ø Tebal
Pipa Kaca = 0,4 cm
Ø Keliling
pipa kaca = 21 cm
2. Rumus
Perhitungan
Ø Perhitungan
Diameter dalam pipa
Ø D
= (k/П)-d
=(21/3,14)-0,4
=6,3 cm
Ø Perhitungan
luas penampang pipa
L= ½ П D2
=1/4(3,14)(6,3)
=4,9 cm2
Ø Perhitungan
viskositas fluida air pada suhu 30 C dan 31 C
µ suhu 300 C = 0,8007 cp
µ suhu 320 C = 0,7679 cp
µ suhu 310 C = 0,8007 –(
(0,8007-0,7679*30-31)/(30-32))
= 0,7843 cp
=0,7843 cp X 10^-2/1
=0,007843 g/cm.s
Ø Perhitungan
densitas fluida air pada suhu 310 C
Data densitas air untuk suhu 300
C dan 400 C
Ρ suhu 300 C = 0,99568
P suhu 400 C = 0,99225
P suhu 310 C = 0,99225 –
(0,99568-0,99225)(30-31)/(30-40)
= 0,995 g/cm3
Ø Perhitungan
volume rat-rata (V)
V=V1+V2/2
Contoh pada bukaan 5%:
V1 = 46 x 1/1
= 46 cm3
V2 = 51x 1/1
=51 cm3
V
= 46+51/2
=48,5 cm^3
Ø Perhitungan
Laju Alir fluida (q)
Contoh pada bukaan 5%
V = 48,5 cm3
T1 = 2,07 s
Q1 = V/t1
=
48,5/2,07
=
23,43 cm3/s
T2 = 2,04 s
Q2 = 48,5/2,04
23,7
cm3/s
Ø Perhitunga
velocity fluida (v)
V =q/L
Contoh pada bukaan valve 5%
Q = 23,6cm3/s
L = 31,02 cm2
V = 23,6 / 31,02
=0,8 cm/s
Ø Perhitungan
bilangan Reynold (Nre)
Nre = D. ρ.v/µ
Contoh pada bukaan valve 5 %
D = 6,3 cm
µ = 0,007843 gr/cm.s
ρ = 0,995337 gr/cm^3
v = 0,76 cm/s
Nre =6,3x0,995337x0,76/0,007843
= 607,6
Catatan
: untuk perhitungan yang lain sama caranya dengan menggunakan pada bukaan valve
5%.